Menderita Leptospirosis?
Bismillah. Nah seperti yang udah aku janjikan di artikel sebelumnya, kali ini aku bakal sedikit menjelaskan tentang tema Promkes ke-2, yaitu Leptospirosis. Mungkin buat muda-mudi kek kalian topik yang kayak gini bakal kalian skip atau bahkan dianggap ngebosenin banget. Tapi aku harap walaupun kalian nggak berniat buat baca, apa yang aku tulis ini bisa kalian share ke ibu-ibu rumah tangga sekalian.
Di lain sisi, tema ini cukup menarik buat aku. Kenapa? Karena tema ini sangat amat cocok dan wajib di ketahui buat kita-kita atau ibu rumah tangga dan bapak-bapak berumah tangga. Dimana masalah utamanya itu sangat amat mudah dijumpai di kehidupan sehari-hari.
Di lain sisi, tema ini cukup menarik buat aku. Kenapa? Karena tema ini sangat amat cocok dan wajib di ketahui buat kita-kita atau ibu rumah tangga dan bapak-bapak berumah tangga. Dimana masalah utamanya itu sangat amat mudah dijumpai di kehidupan sehari-hari.
Jadi, aku nyarinin untuk setelah baca artikel ini atau nggak usah dibaca juga nggak apa, tapi langsung, segera buat di share ke Bunda, Ibu, Mama, Papa dan Abinya. Karna informasi ini sangat-amat berguna bagi rumah tangga, khusunya ibu-ibu rumah tangga. Insya Allah, bermanfaat, kalo nggak males baca.
Penyakit ini mempunyai media perantara atau gampangnya penyakit ini dibawa oleh beberapa media untuk menyebarkan penyakit itu sendiri. Sebenernya ada beberapa media yang dapat menularkan si penyakit ini, yaitu dari urine hewan seperti babi, kuda, tikus, dan lain-lain. Tapi disini point-nya adalah Tikus, dimana hewan ini adalah yang paling mudah kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari bahkan tanpa berharap untuk berjumpa dengannya.
Ya, urine tikus. Seperti yang kita tahu, mudah sekali kita menemukan hewan ini. Bahkan di dalam rumah kita, diruang-ruangan yang nggak kita sadari bahwa tempat itu merupakan tempat bersembunyinya tikus. Atau kecolongan tikus. Nah, kalo tikus udah masuk rumah, yang pasti satu, rumah udah nggak higienis, nggak lama bakal banyak bau pesing sana-sini, suara-suara tikus, makanan-makanan ilang dan mungkin bau-bau mayat tikus yang kadang tau-tau udah jadi bangkai, ngeluarin larva, bau nggak sedap, itu pasti, keluar cairan, lengket ke lantai atau benda apapun yang ada dideketnya.
Okay, seperti namanya. Lepto-spiro-sis. Sipro atau spiral. Bakteri yang terkandung di urine si hewan-hewan ini terutama tikus mengandung bakteri spirosis yang berbetuk spiral. Bakteri inilah yang nantinya akan menyebabkan penyakit Leptospirosis. Bakteri ini terkandung di urine tikus dan pada saat urine tersebut dikeluarkan maka bakteri yang terkandung di urine tersebut akan berkembang setelah 1 bulan. Baik bekas urine atau urine tersebut masih basah.
Selanjutnya,
Sebenernya penyakit atau bakteri ini itu asal muasalnya dari mana sih?
Bakteri ini banyak terdapat di tempat-tempat kotor, khususnya sampah. Nah, sedangkan tikus tempatnya adalah di sampah. Jadi ya begitu terus siklusnya. Apalagi kalo si tikus ini udah masuk rumah, sama seperti membawa kuman-kuman dan bakteri yang ada disampah masuk ke dalam rumah kita.
Apasih bahayanya dari penyakit Leptospirosis ini?
Apabila seseorang telah terjangkit penyakit ini maka si penderita akan mengalami hilangnya kesadaran bahkan kematian. Tapi nggak usah khawatir karna semua penyakit itu insya Allah bisa ditangani asalkan tidak terlambat. Si penderita juga akan mengalami komplikasi akut, yaitu terjadi komplikasi pada jantung, ginjal, hati, paru-paru dan parahnya lagi jika pasien adalah ibu hamil maka dapat terjadi kecacatan pada bayinya atau bahkan kematian.
Apasih gejala dari penyakit Leptospirosis ini?
Gejala yang ditimbulkan adalah demam, sakit kepala, mual dan muntah-muntah, nyeri otot pada betis, punggung dimana pada gejala ini muncul dan berlangsung selama 4-9 hari. Selain itu ada pula gejala yang lain yaitu bengkak pada pergelangan tangan, warna kulit berubah menjadi kemarah-merahan, mata menguning lalu ada perdarahan didalam mata, batuk darah, sesak nafas dan gusi berdarah.
Namun sebenernya, penderita Leptospirosis ini tidak menunjukkan gejala-gejala yang signifikan atau ekstrim. Terkadang malah masih terlihat sehat bugar dan dapat melakukan aktifitas sebagaimana mestinya. Lalu bagaimana mengetahui bahwa seseorang menderita penyakit tersebut apabila masih bisa melakukan aktifitas sebagaimana mestinya?
Maka, dapat kita tinjau bersama apabila di lingkungan rumah atau di lingkungan sekitar kita, kita dapati adanya keberadaan si tikus ini, apalagi jika tikus ini dapat kita jumpai di tempat yang sama dalam kurun waktu yang berulang-ulang, maka kita wajib waspada dengan diri kita sendiri. Sebab kita tidak pernah tau, mungkin pada saat kita tidur, tidak sadar, meja makan kita sudah di lewati oleh tikus, lemari, tudung makanan, apalagi kalo sampai tudungya terbuka, piring-pring makanan yang dibiarkan tersimpan terbuka, sofa, dan lain-lain.
Kita tidak pernah tau apakah si tikus ini buang urine dimana, lalu urine tersebut mengering. Bicara tentang urine tikus, mengenai volume atau seberapa banyak urine tikus yang dapat mengandung bakteri spirosis ini maka jawabannya adalah tidak ada batas minimum. Artinya, ketika urine tersebut keluar, maka walaupun hanya setetes saja maka urine tersebut sudah dapat dikatakan berpotensi menyebabkan penyakit Leptospirosis.
Tidak peduli urine itu belum satu bulan, masih basah tapi langsung dibersihkan atau bekasnya yang sudah kering. Bakteri tersebut akan tetap ada pada tempat bekas urine tersebut. Maka, saat membersihkan bekas-bekas apapun dari tikus ini harus di beri cairan Disenfektan.
Lalu kalo udah masuk kerumah, ngobrak-abrik isi rumah, apa yang harus dilakukan? (Penanganan)
Nah, kalo tikus udah sampai masuk kedalam rumah kita atau bahkan merusak tatanan rumah kita maka selanjutnya kita harus melakukan penanganan cepat agar menghindari dari penyakit Leptospirosis atau penyakit-penyakit lainnya. Yaitu, ada banyak cara salah satunya adalah memasang racun tikus atau jebakan tikus. Dalam hal ini khususnya ibu-ibu pasti lebih mengerti dan paham tentang cara jitu, ampuh, mandi untuk membunuh tikus. Yakan ya bu? Atau bapak-bapak yang ahli dalam berburu tikus, apalagi yang sudah biasa menembak tikus di dalam rumah. Yang tidak akan berhenti berburu sebelum tikus itu ketangkep dan mati. Hebat pak, teruskan. Hehe.
Selain menggunakan perangkap tikus, apabila sudah kadung mendapati bangkai tikus di dalam rumah, baik bangkai tersebut masih basah atau bahkan sudah mengering, maka bekas tempat bangkai tikus tersebut harus diberi cairan Disenfektan guna menetralisir kuman-kuman dan bakteri yang dibawa dari si bangkai tikus ini. Selain itu, apabila mendapati baju-baju yang lubang karna dimakan tikus maka baju-baju tersebut juga wajib di cuci dengan cairan Disenfektan. Jangan lantas dibuang ya ibu-ibu dan bapak-bapak serta calon ibu-ibu dan calon bapak-bapak, apalagi kalo bajunya masih baru keluar dari toko, kan eman nggeh? :) Tapi nggeh monggo kalo memang ingin memilih lebih aman untuk membuangnya selagi baju tersebut dapat di lihat bagaimana tingkat kerusakan atau terkontaminasi dengan si tikus tadi.
Selanjutnya apabila makanan yang sudah terkontaminasi dengan gigitan tikus, maka saya sarankan untuk lebih baik dibuang saja. Sebab kita tidak tahu, apakah bagian makanan yang lain itu telah terkontaminasi atau tidak. Bisa saja si tikus tadi tidak menggigit makanan tersebut tapi bisa jadi bila makanan tersebut di injak atau dilewati oleh tikus. Hal ini hanyalah sebagai kewaspadaan saja. Namun kalo ibu-ibu mau menghemat, nggeh monggo bekas gigitan tersebut dibuang dan bagian makanan yang lainnya di cuci bersih kembali.
Lalu bagaimana mencegah adanya tikus masuk ke dalam rumah?
Nah, kalo tikus udah sampai masuk kedalam rumah kita atau bahkan merusak tatanan rumah kita maka selanjutnya kita harus melakukan penanganan cepat agar menghindari dari penyakit Leptospirosis atau penyakit-penyakit lainnya. Yaitu, ada banyak cara salah satunya adalah memasang racun tikus atau jebakan tikus. Dalam hal ini khususnya ibu-ibu pasti lebih mengerti dan paham tentang cara jitu, ampuh, mandi untuk membunuh tikus. Yakan ya bu? Atau bapak-bapak yang ahli dalam berburu tikus, apalagi yang sudah biasa menembak tikus di dalam rumah. Yang tidak akan berhenti berburu sebelum tikus itu ketangkep dan mati. Hebat pak, teruskan. Hehe.
Selain menggunakan perangkap tikus, apabila sudah kadung mendapati bangkai tikus di dalam rumah, baik bangkai tersebut masih basah atau bahkan sudah mengering, maka bekas tempat bangkai tikus tersebut harus diberi cairan Disenfektan guna menetralisir kuman-kuman dan bakteri yang dibawa dari si bangkai tikus ini. Selain itu, apabila mendapati baju-baju yang lubang karna dimakan tikus maka baju-baju tersebut juga wajib di cuci dengan cairan Disenfektan. Jangan lantas dibuang ya ibu-ibu dan bapak-bapak serta calon ibu-ibu dan calon bapak-bapak, apalagi kalo bajunya masih baru keluar dari toko, kan eman nggeh? :) Tapi nggeh monggo kalo memang ingin memilih lebih aman untuk membuangnya selagi baju tersebut dapat di lihat bagaimana tingkat kerusakan atau terkontaminasi dengan si tikus tadi.
Selanjutnya apabila makanan yang sudah terkontaminasi dengan gigitan tikus, maka saya sarankan untuk lebih baik dibuang saja. Sebab kita tidak tahu, apakah bagian makanan yang lain itu telah terkontaminasi atau tidak. Bisa saja si tikus tadi tidak menggigit makanan tersebut tapi bisa jadi bila makanan tersebut di injak atau dilewati oleh tikus. Hal ini hanyalah sebagai kewaspadaan saja. Namun kalo ibu-ibu mau menghemat, nggeh monggo bekas gigitan tersebut dibuang dan bagian makanan yang lainnya di cuci bersih kembali.
Lalu bagaimana mencegah adanya tikus masuk ke dalam rumah?
Sebenarnya, kita tidak bisa menjamin dengan lingkungan bersih pun tikus tidak akan masuk ke dalam lingkungan atau rumah kita. Namun lebih baik melakukan pencegahan dini guna mengurangi kemungkinan-kemungkinan tikus masuk ke dalam rumah.
Pertama, hal paling mudah dilakukan yaitu menjaga kebersihan lingkungan dan rumah. Kebersihan adalah masalah utama, hal paling mudah dilakukan tapi paling susah untuk diterapkan. Apalagi untuk kebiasaan kita yang kadang-kadang suka menyimpan barang-barang tidak berguna. Ibu-ibu dan bapak-bapak sekalian, kebiasaan untuk mengoleksi atau menyimpan barang-barang yang sudah tidak digunakan itu banyak tidak baiknya daripada manfaatnya. Ruang-ruang kosong yang seharusnya ada menjadi hilang dan rumah terlihat sempit. Selain itu, ruang atau tempat dimana ibu-ibu dan bapak-bapak sekalian menyimpan barang-barang tidak terpakai tersebut bisa menjadi salah satu tempat tikus bersarang. Bahkan mungkin tidak hanya tikus, tetapi juga kecoa, semut-semut besar, jamur karena lembab dan lain sebagainya.
Nah, ada baiknya jika kita menata ulang kembali ruang-ruang di dalam rumah agar terlihat lebih longgar. Menata ulang ruang-ruang di dalam rumah juga dapat menjadi salah satu moment membersihkan rumah, menyeleksi kembali barang-barang yang sudah tidak berguna atau tidak terpakai untuk di buang atau disimpan. Ingat ya bapak-bapak dan ibu-ibu, mengoleksi atau menyimpan barang-barang yang tidak perlu itu adalah awal dari timbulnya segala macam penyakit.
Mencuci tangan setiap sebelum dan sesudah melakukan sebuah aktivitas, aktivitas apapun. Wajib hukumnya, fardhlu ain bu, pak. Sebab kita nggak pernah tau, bakteri dan virus yang ada di luar rumah ataupun di dalam rumah kita sendiri. Mengingat semakin banyak penyakit-penyakit baru yang timbul dan bermunculan akhir-akhir ini. Membiasakan untuk mencuci tangan juga dapat menjadi salah satu cara untuk meminimalisir adanya bakteri dan kuman atau virus yang akan masuk ke dalam tubuh kita saat badan kita sedang kurang sehat. Begitu nggeh pak, bu? :)
Selain itu ada satu lagi pencegahan yang harus diperhatikan. Pak, Bu tadikan ada upaya membersihkan dan mencuci tangan nggeh saat sebelum dan sesudah melakukan aktifitas? Nah, sebenarnya ada hal yang jauh lebih harus diperhatikan ketika bapak dan ibu sekalian hendak melakukan kerja bakti membersihkan rumah dan lingkungan sekitar, yaitu wajib, fardhlu ain nggeh bu-pak, untuk wajib menggunakan alat pelindung diri. Waduh kayak mau tempur wae nggeh bu-pak? Hehe. Disini yang dimaksud menggunakan alat pelindung diri itu contohnya adalah sarung tangan, masker dan sepatu boot. Hal ini adalah hal sepele yang terkadang lupa untuk diterapkan. Begitu nggeh?
Nah satu lagi pak-bu. Yaitu jangan sampai menaruh makanan atau menyimpan makanan di sembarang tempat. Meskipun menyimpannya di meja makan. Lebih baik kalo menggunakan tudung saji. Begini pak-bu, kalo saya dirumah, saya biasa melihat mama saya menaruh sesuatu yang berat di atas tudung saji makanan. Kenapa? agar menghindari tikus atau hewan lainnya kucing termasuk, guna mudah untuk membuka tudung saji tersebut. Sebab meskipun sudah ditutup dengan tudung saji terkadang masih bisa di tembus oleh tikus dan hewan-hewan parasit lainnya. Selanjutnya Mama biasa menggambar dengan kapur ajaib di sekitar tudung saji, supaya semut juga tidak bisa masuk.
Ngoten Bapak-Ibu serta calon bapak-ibu sekalian :)
Sudah paham nggeh kenapa penting sekali menjaga lingkungan rumah kita dari tikus tikus nakal? Nah selain itu pak, bu, saya mau sedikit cerita tentang pengalaman Kakak tingkat saya yang sudah pernah menangani pasien Liptospirosis.
Saat dirawat, kondisi pasien Leptospirosis ini sangat menyedihkan. Badannya kurus, kondisi mulutnya kotor karena gusi berdarah tetapi darah tersebut beku didalam mulut, perdarahan didalam mata serta matanya menguning serta warna kulit yang memerah. Selain itu yang paling miris Pak-Bu adalah pasien hilang kesadaran. Ibarat seperti zombi pak-bu, lo nggeh. Berdasarkan ceritanya. Jadi, pasien ini tidak mau disentuh oleh siapapun dan dengan apapun, termasuk ketika hendak akan disuntik. Pasien pasti kejang-kejang dan memukul orang-orang disekitarnya ketika merasa tidak nyaman. Sehingga saat akan disuntik atau diberi obat, tangan dan kaki pasien selalu di ikat di pinggir kasur pasien. Tetapi ketika pasien ini sembuh total, ketika ditanyai bagaimana rasanya sakit kemarin dan ingat atau tidak kah dengan keadaan saat pasien di ikat setiap kali ketika akan disuntik dan diberi obat, maka jawabannya adalah exellent. "Saya lo Sus, tidak sadar apa-apa. Masak kemarin saya sakit sampai seperti itu kondisinya?". Lo ya lak sudah begitu apa ndak ngeri Pak-Bu? Makanya saya bilang kondisinya seperti zombie. Tidak sadar apa-apa.
Maka dari itu, pada artikel sebelumnya di "Satu jam untuk Diorama" saya sedikit sentimen dengan kata awareness. Keasadaran. Khususnya kesadaran untuk membuang sampah pada tempatnya. Ini lah alasan kenapa saya kasihan dengan bapak yang membersihkan sungai atau kali di daerah Promkes ke-2 saya. Disamping kepedulian beliau, beliau juga mendapat ancaman penyakit yang bisa di bilang berbahaya.
Maka dari itu, apa susahnya kita semua untuk belajar menjaga lingkungan sebelum hal hal yang tidak diinginkan itu terjadi.
Nah, seperti yang udah aku janjikan untuk mencantumkan pertanyaan ibu-ibu yang diajukan saat pemberdayaan kemarin, kali ini akan aku bahas.
1. "Mbak, kalo bersih-bersih tempat yang habis dari bekasnya tikus tadi, apa bisa langsung terjangkit penyakitnya?"
Tidak. Justru ketika mendapati kotoran tikus atau urine tikus atau bangkai tikus atau tempat bekas tikus harus langsung dibersihkan dan diberi cairan disenfektan. Kenapa harus segera? Sebab seperti yang sudah dijelaskan bahwa bakteri pada penyakit Leptospirosis ini dapat berkembang setelah satu bulan, begitu.
2. "Kalo ada kotoran tikus di lemari baju, apa bajunya langsung dibuang aja ya Mbak?"
Tergantung. Dilihat dari parah atau tidaknya bekas sih tikus tadi. Baik bekas kotoran, pipis atau gigitan tikus yang ditinggalkan. Ibu atau bapak masih bisa menggunakan baju tersebut apabila masih mau dengan cacatan harus di cuci dengan cairan Disenfektan. Oya, cairan Disenfektan ini adalah yang khusus untuk membersihkan cairan tikus nggeh Pak-Bu, jadi jangan sampai salah beli.
3. "Kalo tikus piaraan kayak hamster, tikus putih dan lain-lain itu apa juga sama dengan tikus got ya Mbak?"
Ya, sama Bu. Baik hewan apapun yang menyerupai tikus dapat berpotensi mengandung bakteri Leptospirosis. Tapi bukan berarti saya mengatakan bahwa semua hewan menyurapi tikus itu adalah mengandung bakteri Leptospirosis nggeh, saya hanya menekankan bahwa semua dapat berpotensi. Artinya kita bisa lebih objektif dengan melihat asal muasal hewan ini. Biasanya kalo hamster kan dikandangi nggeh Bu-Pak, terus makan makanannya juga wortel, kubis, gitu nggeh. Tapi hal itu juga tidak menjamin bahwa si hewan ini tidak mengandung bakteri tersebut, jadi lebih baik kalo dijauhi saja. Begitu.
Nah, alhamdhulilah. Satu materi insya Allah sudah berhasil saya sampaikan. Materi tentang Leptospirosis ini bukanlah materi yang lengkap dan detail. Namun, saya mencoba untuk menjelaskan secara singkat saja agar Ibu dan Bapak sekalian dapat mengenal terlebih dahulu apasih Leptospiosis ini. Setidaknya Panjenengan semua sudah ada gambaran tentang penyakit ini.
Kurang dan lebihnya dari materi ini mohon dimaafkan, sekian dan terima kasih. Semoga bermanfaat :)
Pertama, hal paling mudah dilakukan yaitu menjaga kebersihan lingkungan dan rumah. Kebersihan adalah masalah utama, hal paling mudah dilakukan tapi paling susah untuk diterapkan. Apalagi untuk kebiasaan kita yang kadang-kadang suka menyimpan barang-barang tidak berguna. Ibu-ibu dan bapak-bapak sekalian, kebiasaan untuk mengoleksi atau menyimpan barang-barang yang sudah tidak digunakan itu banyak tidak baiknya daripada manfaatnya. Ruang-ruang kosong yang seharusnya ada menjadi hilang dan rumah terlihat sempit. Selain itu, ruang atau tempat dimana ibu-ibu dan bapak-bapak sekalian menyimpan barang-barang tidak terpakai tersebut bisa menjadi salah satu tempat tikus bersarang. Bahkan mungkin tidak hanya tikus, tetapi juga kecoa, semut-semut besar, jamur karena lembab dan lain sebagainya.
Nah, ada baiknya jika kita menata ulang kembali ruang-ruang di dalam rumah agar terlihat lebih longgar. Menata ulang ruang-ruang di dalam rumah juga dapat menjadi salah satu moment membersihkan rumah, menyeleksi kembali barang-barang yang sudah tidak berguna atau tidak terpakai untuk di buang atau disimpan. Ingat ya bapak-bapak dan ibu-ibu, mengoleksi atau menyimpan barang-barang yang tidak perlu itu adalah awal dari timbulnya segala macam penyakit.
Mencuci tangan setiap sebelum dan sesudah melakukan sebuah aktivitas, aktivitas apapun. Wajib hukumnya, fardhlu ain bu, pak. Sebab kita nggak pernah tau, bakteri dan virus yang ada di luar rumah ataupun di dalam rumah kita sendiri. Mengingat semakin banyak penyakit-penyakit baru yang timbul dan bermunculan akhir-akhir ini. Membiasakan untuk mencuci tangan juga dapat menjadi salah satu cara untuk meminimalisir adanya bakteri dan kuman atau virus yang akan masuk ke dalam tubuh kita saat badan kita sedang kurang sehat. Begitu nggeh pak, bu? :)
Nah satu lagi pak-bu. Yaitu jangan sampai menaruh makanan atau menyimpan makanan di sembarang tempat. Meskipun menyimpannya di meja makan. Lebih baik kalo menggunakan tudung saji. Begini pak-bu, kalo saya dirumah, saya biasa melihat mama saya menaruh sesuatu yang berat di atas tudung saji makanan. Kenapa? agar menghindari tikus atau hewan lainnya kucing termasuk, guna mudah untuk membuka tudung saji tersebut. Sebab meskipun sudah ditutup dengan tudung saji terkadang masih bisa di tembus oleh tikus dan hewan-hewan parasit lainnya. Selanjutnya Mama biasa menggambar dengan kapur ajaib di sekitar tudung saji, supaya semut juga tidak bisa masuk.
Ngoten Bapak-Ibu serta calon bapak-ibu sekalian :)
Sudah paham nggeh kenapa penting sekali menjaga lingkungan rumah kita dari tikus tikus nakal? Nah selain itu pak, bu, saya mau sedikit cerita tentang pengalaman Kakak tingkat saya yang sudah pernah menangani pasien Liptospirosis.
Saat dirawat, kondisi pasien Leptospirosis ini sangat menyedihkan. Badannya kurus, kondisi mulutnya kotor karena gusi berdarah tetapi darah tersebut beku didalam mulut, perdarahan didalam mata serta matanya menguning serta warna kulit yang memerah. Selain itu yang paling miris Pak-Bu adalah pasien hilang kesadaran. Ibarat seperti zombi pak-bu, lo nggeh. Berdasarkan ceritanya. Jadi, pasien ini tidak mau disentuh oleh siapapun dan dengan apapun, termasuk ketika hendak akan disuntik. Pasien pasti kejang-kejang dan memukul orang-orang disekitarnya ketika merasa tidak nyaman. Sehingga saat akan disuntik atau diberi obat, tangan dan kaki pasien selalu di ikat di pinggir kasur pasien. Tetapi ketika pasien ini sembuh total, ketika ditanyai bagaimana rasanya sakit kemarin dan ingat atau tidak kah dengan keadaan saat pasien di ikat setiap kali ketika akan disuntik dan diberi obat, maka jawabannya adalah exellent. "Saya lo Sus, tidak sadar apa-apa. Masak kemarin saya sakit sampai seperti itu kondisinya?". Lo ya lak sudah begitu apa ndak ngeri Pak-Bu? Makanya saya bilang kondisinya seperti zombie. Tidak sadar apa-apa.
Maka dari itu, pada artikel sebelumnya di "Satu jam untuk Diorama" saya sedikit sentimen dengan kata awareness. Keasadaran. Khususnya kesadaran untuk membuang sampah pada tempatnya. Ini lah alasan kenapa saya kasihan dengan bapak yang membersihkan sungai atau kali di daerah Promkes ke-2 saya. Disamping kepedulian beliau, beliau juga mendapat ancaman penyakit yang bisa di bilang berbahaya.
Maka dari itu, apa susahnya kita semua untuk belajar menjaga lingkungan sebelum hal hal yang tidak diinginkan itu terjadi.
Nah, seperti yang udah aku janjikan untuk mencantumkan pertanyaan ibu-ibu yang diajukan saat pemberdayaan kemarin, kali ini akan aku bahas.
1. "Mbak, kalo bersih-bersih tempat yang habis dari bekasnya tikus tadi, apa bisa langsung terjangkit penyakitnya?"
Tidak. Justru ketika mendapati kotoran tikus atau urine tikus atau bangkai tikus atau tempat bekas tikus harus langsung dibersihkan dan diberi cairan disenfektan. Kenapa harus segera? Sebab seperti yang sudah dijelaskan bahwa bakteri pada penyakit Leptospirosis ini dapat berkembang setelah satu bulan, begitu.
2. "Kalo ada kotoran tikus di lemari baju, apa bajunya langsung dibuang aja ya Mbak?"
Tergantung. Dilihat dari parah atau tidaknya bekas sih tikus tadi. Baik bekas kotoran, pipis atau gigitan tikus yang ditinggalkan. Ibu atau bapak masih bisa menggunakan baju tersebut apabila masih mau dengan cacatan harus di cuci dengan cairan Disenfektan. Oya, cairan Disenfektan ini adalah yang khusus untuk membersihkan cairan tikus nggeh Pak-Bu, jadi jangan sampai salah beli.
3. "Kalo tikus piaraan kayak hamster, tikus putih dan lain-lain itu apa juga sama dengan tikus got ya Mbak?"
Ya, sama Bu. Baik hewan apapun yang menyerupai tikus dapat berpotensi mengandung bakteri Leptospirosis. Tapi bukan berarti saya mengatakan bahwa semua hewan menyurapi tikus itu adalah mengandung bakteri Leptospirosis nggeh, saya hanya menekankan bahwa semua dapat berpotensi. Artinya kita bisa lebih objektif dengan melihat asal muasal hewan ini. Biasanya kalo hamster kan dikandangi nggeh Bu-Pak, terus makan makanannya juga wortel, kubis, gitu nggeh. Tapi hal itu juga tidak menjamin bahwa si hewan ini tidak mengandung bakteri tersebut, jadi lebih baik kalo dijauhi saja. Begitu.
Nah, alhamdhulilah. Satu materi insya Allah sudah berhasil saya sampaikan. Materi tentang Leptospirosis ini bukanlah materi yang lengkap dan detail. Namun, saya mencoba untuk menjelaskan secara singkat saja agar Ibu dan Bapak sekalian dapat mengenal terlebih dahulu apasih Leptospiosis ini. Setidaknya Panjenengan semua sudah ada gambaran tentang penyakit ini.
Kurang dan lebihnya dari materi ini mohon dimaafkan, sekian dan terima kasih. Semoga bermanfaat :)
Komentar
Posting Komentar