Menjadi Bahagia, gua removed semua dari nol yaa..
Anxiety Disorder
#menjadimanusia
“Masalah itu hanya ada di pikiran kita!”
Kisah ini berawal dari beberapa bulan yang lalu. Sebelum gua masuk praktik klinik rumah sakit ditahun ke 2. Gua pernah punya seseorang yang sangat amat gua anggap kehadirannya dan gua jadikan dia sebagai temen cerita masa-masa susah, senang, apapun deh tentang semua cerita perkuliahan gua. Hal ini sempat jadi hubungan timbal balik, gua melakukan itu dan diapun begitu. Sampai akhirnya gua bener-bener ngerasa kalau hubungan ini sangat dewasa. Hubungan yang ideal lah intinya.
Singkat cerita, tibalah masa dimana semua berubah 180 derajat. Masa dimana gua nggak lagi kenal siapa dia dan diapun nggak bisa lagi kenal siapa gua. Sakit banget, sesakit sakitnya. Kita menjalani hubungan jarak jauh mungkin sudah hampir berjalan 2-3tahun, dan disini sebisa mungkin gua jujur apa adanya sama dia. Sekalipun gua tipe orang yang punya banyak temen cowok, gua selalu cerita apapun yang gua lakukin disini ke dia, berharap supaya dia tahu bahwa gua menghargai keberadaanya sebagai orang yang penting di hidup gua. Gua gak pernah punya maksud lain. Cuman itu.
2-3tahun bukan hal yang sebentar, tapi kalau bukan jodoh ya mau gimana lagi. Buat apa gua disini bertahan dan mempertahankan sesuatu yang udah sepuruh jalan ditempuh jauh jika gua nggak bisa kenal lagi arti Bahagia. Gua memilih berhenti, dan restart lagi. Mending gua mulai lagi semua, gua rombak lagi mimpi gua, gua mulai lagi semua dari nol. Daripada gua nggak bisa mengenal diri gua sendiri, nggak lagi bisa tau rasanya percaya diri, nggak bisa lagi kenal baik dengan arti bahagia.
Gua memilih jalan gua sendiri untuk bahagia.
Ada masa dimana komunikasi udah nggak terjalin baik lagi, percaya udah nggak ada lagi, dan cemas salah satu sikap yang ada pada akhirnya. Ketika ada masalah dan nggak saling kabar justru gua seperti orang gila.
Kecemasan mengakibatkan gua menyendiri di kamar, suka mondar-mandir tiba-tiba sambil gigitin kuku, bingung, linglung, nangis tiba–tiba dan susah berhenti, suka lihat muka sendiri di kaca terus nangis, terus minggir lagi, lihat ke kaca terus nangis, hem udah gila? Gua ngeliat diri gue sendiri kayak kasiaaaan gitu. Terus gua suka ambil mukena tapi bukan buat sholat. Gua pakek mukena, duduk terus berdoa sambil nangis di pojok kamar. Sampai pernah Mama tahu dan tanya kenapa. Panik dong beliau. Tapi gua pada saat itu nggak ngerti penyebab gua nangis apa. Dan saat berdo’a gua cuman mengucapkan hal yang sama berulang kali sampai gua merasa lebih baik, yaitu…
“Ya Allah, sembuhkan hamba”.
…
Oke, gua nulis ini, sekarang, sambil nangis.
Saat itu gua tau, bahwa gua nggak lagi sehat secara psikis. Makanya gua bilang dan berdo’a bahwa gua pingin sembuh. Gua tahu redaksi bahwa segala penyakit cuman Allah obatnya. Itu aja. Dan gua sempet konsultasi dengan dosen gua, apakah yang gua rasakan bisa disebut sebagai tanda-tanda penyakit jiwa? Dan beliau menjawab iya. Gua ngempet nangis.
Separah itukah dia ngebuat gua sakit. Atau selemah itu diri gua?
Sejak itu, gua teruusss berdo’a sama Allah kalau gua serius pingin sembuh. Gua akan merestart semua hidup gua saat itu. Siap nggak siap, gua harus mau. Kalau gua pingin lagi bahagia.
Sebulan berjalan… gua merasa banyak sekali kemajuan dari diri gua. Gua mulai berani pergi rumah sendiri, belanja sendiri, ke toko buku sendiri, dan melakukan hal-hal yang nggak pernah bisa gua lakukan sebagai obat penghibur diri. Gua kasih contoh, gua nggak bisa masak. Gua pernah punya trauma tentang memasak, tapi rasa besar gua ingin berubah saat itu lebih besar. Akhirnya, gua pergi sendiri ke supermarket, belanja sendiri, terus mencoba berani masak. Dan berhasil! Ini sangat amat membuat gua bahagia secara sederhana. Mungkin dulu arti bahagia simple gua adalah ketika gua dapet kabar dari dia atau sekedar bisa punya dia. Tapi kali ini enggak. Sangat amat lebih mudah mendapatkan kata bahagia itu dengan diri gua sendiri. Gua bangga hari itu karna akhirnya gua bisa masak. Gua bangga sama diri gua sendiri saat itu karna pada akhirnya gua bisa percaya sama diri gua sendiri! Gua bangga pada diri gua sendiri karena gua bisa melakukan sesuatu yang nggak bisa gua lakukan, I do what I cann’t.
Gue removed dari masa lalu.
Gua mulai tenaaang, mulai tertata hidup gua, dan mulai ingin menjalankan sebuah bisnis. Mungkin sebagian kalian tau saat ini gua sedang bergelut dibidang bisnis apaan, cuman gua mau bilang bahwa setelah sekian bulan gua merasa tenang, gua dihantui lagi dengan rasa kecemasan. Gua dihantui oleh target-target pekerjaan yang mungkin menurut gua ini bukan gua banget! Maksudnya, mempromosikan, menawarkan sebuah produk itu bukan keahlian gua banget, jadi ya susah buat buat dapet targetnya.
Sekarang gua lagi dihantui kembali dengan kecemasan tentang masa depan gua, tepatnya lebih kepemikiran gua pingin menjadi pembisnis muda, uang banyak, bisa do everthing what I want, dan orang lihat gua sebagai anak muda yang aktif, sukses, yang nggak lagi bisa digampangin lah.
Atau… mungkin karna ada satu sisi dimana diri gua ini sangat amaat ingin membuktikan ke dia bahwa gua sedang lagi berproses menjadi sosok yang baru. I’m fine without you. Rasa-rasanya seperti itu, dan baru sekarang gua ngerasain bahwa sepertinya gua masih belum sembuh.
Gua ingin kembali merasakan hidup bahagia tanpa bayang-bayang siapapun. Harusnya gua berubah bukan karna siapa atau apa sebagai alasan gua berubah. Harusnya diri gualah sendiri sebagai alasan gua berubah.
Sevita..
Gua kasian sama lo! Gua kasian ngelihat loe tiap hari cemas tentang image loe, tentang masa depan loe, tentang perasaaan-perasaan yang menghantui loe. Plislah, ikhlasin semua. Loe harus bisa menjadi alasan sendiri untuk diri loe bangkit! Diluar sana ada banyak orang yang ingin berada di posisi loe. Inget sama semua kesempatan-kesempatan emas yang sedang berdiri didepan loe. Plis, jangan lagi biarin mereka hanya numpang lewat. Kalaupun dengan hanya baca buku loe bahagia, lakukan. Nggak perlu jadi pembisnis. Kalo jadi mahasiswa aktif, berprestasi loe cukup bahagia, lakukan. Nggak perlu loe jadi tutor para pembisnis lainnya. Asal loe bisa produktif masa muda loe nggak bakal absurd kok, nggak bakal jadi semenyeramkan itu.
You are wort it!
Just do what you love!
Tapi bukan berarti gua ngajarin loe stuck dan nggak tahan dengan yang namanya pressure. Nggak sama sekali. Gua cuman mau loe bisa nikmati hidup loe tanpa harus cemas dan sakit lagi.
…
#menjadimanusia
Well, menjadi mausia itu adalah waktu dimana kita bisa melakukan sesuatu, mengerti bagaimana kita melakukan sesuatu dan paham bagaimana mengapresiasi diri sendiri setalah mencapai sesuatu. Menjadi manusia adalah cara bagaimana memanusiakan diri sendiri. Dirimu bukan kuda yang harus terus berlari. Tapi dirimu juga harus bekerja supaya punya kualitas diri.
Akhirnya hari ini aku menulis kembali. Meluapkan sesuatu yang tidak pernah bisa aku katakan. Manusia tetap butuh manusia untuk berbagi kisah, bukan untuk mencari solusi dari sebuah cerita. Karna solusi paling tepat hanya bersumber pada Tuhan yang Maha Esa.
Ini adalah sebuah pelajaran untuk menghargai diri gua sendiri dan lebih berhati-hati lagi. Gua nggak mau munafik, mungkin gua bakal lebih susah untuk membuka hati, untuk kenal dengan orang baru, bahkan mengganggap orang lain semua adalah pemain drama hebat, sehingga gua mengapresiasi mereka sekedar sebagai pemain belaka.
Untuk kamu pembaca hari ini, aku tidak sedang ingin menjelaskan siapa aku atau meminta belas kasihanmu. Aku hanya sedang ingin menjadi seorang manusia untuk berbagi kisah. Aku nggak mau sakit jiwa lagi dan begitu juga orang lain, hahaha. Kamu bisa melakukan seperti ini atau hal yang kamu sukai lainnya. Ini adalah bentuk terapi sederhana bagi penderita Anxiety Disorder. Tak mudah mengatakan hal ini, tapi niat sembuh dan rasa ingin membantu satu sama lain jauh lebih besar.
Aku beruntung dan bersyukur karna sudah sembuh dan menemukan jalan bahagiaku sendiri.
Jangan pernah serius denga mereka yang hanya ingin main-main, jangan pernah percaya kepada mereka yang biasa menyakiti tapi jangan pernah berhenti melakukan sesuatu karena berlandaskan trauma, jika kamu masih ingin hidup. Waktu terus bergulir, menjadi siapa dan seperti apa adalah pilihan kita.
Ketika menemui sesuatu yang tidak sesuai dengan makna bahagia maka…
“Mulai dari Nol ya”.
Komentar
Posting Komentar