Gue Pro Homoseksual di Indonesia

Judul ini menarik banget buat gue tulis. Awalnya, ini adalah tugas gue buat latihan bikin skripsi di kampus. Gue harus bikin semacam penelitian ilmiah. Awalnya gue buntu banget buat cari judul skripsi gue. Sampai akhirnya judul inilah yang menjadi daya tarik gue untuk mau terus baca, belajar dan ngulik masalahnya sampai tuntas. 

Ketentuannya adalah sebagai seorang perawat gue harus ngasih asuhan keperawatan yang cocok buat pasien gue nantinya. Nah tugasnya, gue harus cari masalah khusus yang terjadi pada pasien gue biar gue bisa ngasih askep yang pas. Etsah, belibet banget. Intinya gitu lah.

Nah gue mikir, gue harus cari judul yang bisa buat gue terus penasaran dan akhirnya mau terus baca. Kalo gue nggak nyaman sama judul skripsi gue, nantinya gue bisa putus ditengah jalan. Sementara temen-temen gue cari penyakit medis yang bagus-bagus banget, gue malah cari hal yang konyol, hehe. Jusrtu gue tertarik sama judul ini ketimbang penyakit medis fisik lainnya.

Oke, gue bakal bahas dikit hasil dari penelitian gue. Gue gak seberapa yakin sih sama informasi yang udah gue dapet tentang Indonesia yang menyatakan bahwa tidak ada hukum bagi LGBT. Indonesia tidak menggolongkan bahwa LGBT atau homoseksual adalah tindakan kriminal. Sehingga tidak ada hukum untuk menjerat bagi mereka yang homoseksual selama tidak melakukan hal tersebut secara paksa. Intinya didasari dari sifat suka sama suka.

   Oke, ironis emang. Tapi gue setuju. Setelah gue baca bolak balik, Indonesia ada benernya bahwa mereka tidak menggelompokkan homoseksual sebagai kegiatan yang kriminal dan harus diberi hukuman, ya kecuali itu tadi. 

Lu pernah denger gak kalo ada (maaf, permisi) PSK yang dihukum karena mereka menjual diri mereka sendiri? Gue rasa nggak pernah ada ya. Kecuali, kalo ada unsur penjualan anak dibawah umur atau penjualan orang buat dijadikan PSK. Atau bisa juga, ada pemaksaan oleh pihak tertentu untuk menjadikan dia seorang PSK. Ini artinya dia udah dibatasi dalam hak asasi hidupnya. Baru itulah ada unsur kriminalnya. Dan harus dihukum.

Dan mereka yang homoseksual itu adalah mereka yang mempunyai kelainan kejiwaan dalam paham orientasi sexnya. Sekarang lu pikir aja, seumur-umur, hukum dimana pun itu nggak pernah ada kejadian yang memenjarakan, gue garisin ‘memenjarakan’ seseorang dengan kelainan jiwa. Seseorang hanya akan di penjarakan apabila mereka sadar, mampu bertanggung jawab atas apa yang dilakukan. Sekarang gini aja, mana ada sih orang sakit yang mau dirinya sakit? Nggak ada kan. Sakit itu bukan maunya dia, yang dia butuhkan itu bukan dihukum, tapi  disembuhkan.

Tapi, yang nggak gue setuju in adalah pelegalannya di Indonesia. LGBT itu nggak boleh dilegalin men, justru harus diberantas. Misal, masak iya kalo Indonesia gawat wabah difteri kita malah welcome dan melegalkan difteri di indonesia (padahal penyakit nggak bisa dilegalin, ini kiasan aja). Namanya juga penyakit gitu lo, pasti bisa nular. Bisa viral. Bisa jadi wabah juga.  

Ironis nya, adalah saat Indonesia sepakat menggolongkan homoseksual bukan suatu yang kriminal dan nggak ada hukum yang membatasi mereka, tapi Indonesia juga nggak mau ada kegiatan homoseksual di sini. Pertanyaannya, ketika nggak ada yang membatasi maka gimana cara untuk ngerem kegiatan mereka? Gue bilang sesuatu yang membatasi ya, bukan berarti hukum. Apapun yang bisa membatasi.

   Sedang arti Indonesia melegalkan mereka, itu artinya Indonesia lagi say hello, jabatan tangan, menjamu, dengan senang hati nyambut, dan ngakuin keberadaan mreka. Kalo udah ngakui keberadaan mereka ya, jangan pernah salahkan kalo nanti kedepannya Indonesia penuh dengan anak-anak muda yang homoseksual.

Ketika negara udah ngedog palu kalo LGBT legal, maka ya gue yakin akan sangat sedikit bahkan mungkin nggak ada sama sekali gerakan-gerakan atau usaha bangsa untuk membatasi populasi mereka. Bahkan nggak ada usaha buat ngobatin penyakit ini. Dah deh, end. Abis ceritanya. Sekian.

Nah selama ini ada nggak sih dipikiran kita tentang apa sih penyebab seseorang jadi LGBT? Oke kita tau kalo mereka adalah yang mengalami kelainan jiwa. Tapi pernah nggak, kita sampek mikir ke orang-orang yang dia cowok, bener cowok, suka cewek tapi sifatnya kecewekan. Atau lu pernah salah manggil mbak ke mas-mas yang mbelakangin lu. Terus pas noleh ternyata itu bukan mbak-mbak tapi mas-mas. Dia cowok, gagah, emang cowok, tapi perawakannya kayak cewek atau sebaliknya. Cewek yang perawakannya cowok.

Kita pernah belajar di IPA sma tentang gen dan kromosom. Bahwa penyebab mereka begitu adalah karna adanya condong kromosom tertentu. Nah konsep inilah yang buat gue mikir bahwa, ada nggak sih kemungkinan kalo sesorang LGBT itu karna adanya kelainan pada gennya. Gue sebut itu kelainan bawaan. Sehingga gue mikir kalo memang diakhir penelitian gue nyatanya salah satu penyebab LGBT itu adalah gen, ya maka mereka harus mendapat kesamaan dalam mendapatkan pengakuan negara. 

Simple konsepnya. Ya harus dapet kesetaraan hak. Ini penyakit bawaan gitu lo, sama kek orang yang terlahir (maaf) tidak sempurna, misal nggak punya kaki, ya dia tetep harus dapet kesamaan hak dan pengakuan dari negara. Kan mereka nggak mau dilahirkan seperti itu. 
Ternyata apa yang gue pikirin ini udah ada sejak tahun sekitar 80 an. Banyak peneliti yang saat itu rame meneliti penyebab homoseksual. Bahkan yang buat gue sangat-sangat excited adalah ternyata gue bener men. Ada teori ‘gen gay’. 

Singkat cerita, gen gay adalah sebuah gen yang terletak paad kromosom Xp28 dimana kromosom itu diturunkan oleh ibunya. Kromosom ini tugasnya adalah mengatur perilaku sex manusia. Sehingga kromosom inilah yang menyebabkan seseorang dapat menjadi seorang homoseksual. Kagetlah gue disitu, sekaligus seneng karna dapat jawaban.

Dapet jawaban satu, timbul-lah lagi pertanyaan dari gue. Kalo misal emang itu karna gen gay, terus gimana dengan orang-orang yang dulunya dia normal tapi terus jadi gay atau seorang gay yang tobat. Nah itukah berarti mereka masih bisa mengontrol perilaku sexnya mereka. Dan cara mereka mengontrol ketika mereka dinyatakan menjadi seorang penderita bawaan tentu hebat banget gitu lo. Secara ya nggak bisa kan kalo udah penyakit bawaan terus mereka ngobati diri mereka sendiri. Contohnya, misal orang dengan nggak sempurna dari lahir. Nggak punya tangan misal, (sorry maaf banget) terus yaudah biarin aja beberapa tahun sampek akhirnya itu tangan tumbuh sendiri. Kayak ekor cicak aja ya kan? Nggak mungkin gitu lo.

Terus setelah gue ngulik lagi, nyatanya teori ‘gen gay’ itu palsu. Teori ini cuman untuk keuntunga politik doang. Sebel deh gue. Tapi lega. Oleh Prof. George Rice dari Universitas Western Ontario, Canada yang ngadain seminar gede banget waktu itu, beliau ngusung judul seminar yang mbuat gue bener-bener sadar bahwa ini dah jelas di agama gue kalo homoseksual itu udah dilarang keras, terus kenapa harus dipertanyakan gitu lo. Judulnya adalah “Nobody is born Gay”. 

Sesuai kan dengan firman Allah yang isinya “Allah menciptakan manusia berpasang-pasangan, laki-laki dengan perempuan. Dan bagi laki-laki baik adalah perempuan baik dan bagi laki-laki buruk untuk wanita yang buruk, begitu pula sebaliknya”.

Masya Allah banget. Kebesaran Allah. Gue jadi semakin yakin kalo nggak ada firman Allah yang nggak bisa dibuktikan secara ilmiah. Semua yang dah jadi ketetapan Allah pasti ada alasannya yang jelas. Yang bisa dijabarkan bahkan secara ilmiah. Allahu Akbar. Cuman manusia aja, termasuk gue yang nggak tau diri. Oke balik topik.  

Nggak mungkin Allah ngutuk kaum nabi Luth, kaum sodom, kalo teorinya ‘gen gay’. Ya itu udah ketetapan dari mereka lahir. Cacat bawaan. Dan of course mereka nggak mau juga dilahirkan dengan kondisi seperti itu, tapi justru kenapa Allah ngutuk mereka. Jatuhnya kan justru nggak adil gitu lo.

Nah hasil riset dari Prof George ini mengatakan bahwa setelah beliau meneliti 52 pasang kakak-adik homoseksual, beliau nggak menemukan bahwa kromosom Xp28 diturunkan secara keturunan kecuali kalo secara kebetulan. Sehingga kromosom Xp28 ini tidak dapat dikatakan sebagai faktor yang menentukan prilaku homoseksual mereka. Hal ini dapat disembuhkan melalui sekumpulan terapi sikologi yang telaten.

Intinya gitu, panjang banget sebenernya isi dari risetnya, cuman nggak muat kalo gue cantumin disini. Terus, gue sebagai perawat harus tau asuhan keperawatan yang cocok untuk menyembuhkan mereka. Oke, susahnya, ini adalah penyakit sikologi, penyakit jiwa. Sementara, pelajaran gue belum sampek kesana. Itu masih materi semester 5. Masih jauh banget men, kalo ada axcelerasi, mungkin gue loncat. Loncat tangga maksudnya, hehe. Oke. Krik.

Terus karna belum dapet pelajarannya, dan udah kadung jauh gue ngerjain tugasnya, ya gue kasih askep yang sekiranya bisa gue nalar, hehe. Untungnya ini masalah sikologi bukan masalah ilmu pasti. Masak gue pindah topik gitu kan, eman banget gitu lo.  

Menurut gue, dan pengalaman gue ngadepin orang homoseksual itu emang nggak gampang. Sebagai perawat gue nggak cuman ngedepin pasien gawat darurat, terus pasien dengan ilmu kedokteran murni, tapi gue juga punya kewajiban untuk ikut nanganin mereka dengan masalah kejiwaan. 

Mereka yang homoseksual adalah orang-orang yang sangat amat tertutup dan pinter menutupi identitasnya. Maksud gue identitas penyakit mereka. Kalo orang gila, masih keliatan sakitnya secara fisik. Dia ketawa-ketawa sendiri, ngomong sendiri, nangis sendiri, gitu kan. Nah kalo orang homoseksual dia nggak bisa dilihat secra fisik. Dia normal secara fisiknya. Bisa mikir secara logis, bisa ngelakuin aktifitas secara mandiri, semuanya normal di fisik. Tapi nyatanya ada penyakit yang sembunyikan. Itu yang susah.

Mereka yang punya paham beda tentang orientasi sexnya, ketika kita berhasil masuk ke ranah abu-abu mereka, mereka hanya akan butuh pendengar. Gue tegesin ‘mereka hanya butuh pendengar’. ‘Hanya butuh pendengar’. ‘Bukan Ustad atau ustadzah yang ceramah kalo mereka harus segara tobat biar nggak masuk neraka’. Sesimple itu gitu lo. Temen pendengar.

Mereka hanya butuh didengarkan, kenapa mereka bisa jadi seorang gay. Butuh mengeluapin kesan dan duka mereka atas penyebab mereka. Disini kita tahu bahwa seorang gay itu banyak faktornya. Bisa jadi karna mereka punya trauma, atau pernah disodomi, dilecehkan, atau lain sebagainya. Sehingga mereka cuman pengen punya orang yang bisa dipercaya untuk nge-keep rahasia mereka. Dimana untuk mengatakan penyebab mereka seorang gay itu adalah kemaluan besar bagi mereka. Jadi itu alasan mereka bener-bener tertutup.

Pertama gue sebagai seorang perawat harus buka telinga, tutup mulut. Mereka butuh proses untuk menerima sakit mereka. Ini disebut tahap pertama atau gampangnya shock/depression. Biarin mereka buat ngeluapin perasaan mereka dulu. Singkatnya, kalo mereka udah percaya sama kita, nyaman sama keberadaan kita, baru pelan-pelan kita buka mulut kita. Kita pengaruhin alam bawah sadarnya untuk mau berdamai dengan masa lalu atau apapun alasan mereka jadi seorang gay. Selanjutnya kita pelan-pelan bantu dia untuk kembali merasakan menjadi seseorang yang normal dengan meyakinkan bahwa menjadi normal tanpa adanya kemungkinan normal itu sama kayak masa lalu  mereka.

Intinya kayak gitu. Dan masalah Indonesia dengan pelegalannya, gue rasa gue sebagai mahasiswa cuman bisa kasih kontribusi lewat tulisan ini aja. Semoga kalian yang baca bisa bantu mengurangi adanya homoseksual di Indonesia, kalo emang kalian setuju bahwa LGBT bisa merusak moral bangsa.

Walaupun, disatu sisi, gue nggak begitu yakin dengan usaha-usaha kita. Karna ini udah akhir jaman, dimana emang udah jadi skenario Allah untuk menjadikan dunia ini bobrok lagi. Ya udah jalannya, udah tiba jamannya. Tapi bukan berarti gue ngomong kalo gue nggak mau tau sama apapun ketidak wajaran dan ketidak sesuaian atas sesuatu dengan ajaran agama gue atau tradisi, budaya gue. Karna gue sebagai umat beragama, sudah kewajiban gue untuk peduli sesama dan mau ikut berkontribusi, ikhitiar, berusaha untuk memperbaiki sesuatu yang nggak bener.

Artinya manusia itu nggak boleh apatis. Dan harus terus berusaha, apapun hasilnya. Kalo gue udah tau emang ini jalannya Allah untuk jadikan jaman ini rusak lagi, ya kalo gue berpikir liberal ya gue nggak akan mau tau sama hal-hal yang nggak bener. Karna ya, buat apa. Sudah pasti sia-sia. Yang penting gue hidup nggak menyimpang dan gak ganggu orang lain. Tapi kalo gue biarin hal ini terjadi sama gue, maka gue bakal ngerugi-in diri gue sendiri dengan membunuh sifat kemanusiaan manusia, yaitu peduli.

Ya begitulah artikel kali ini. Banyak cuap sih, panjang banget juga. Gue cuman berharap tulisan sepanjang ini yang dibuat dengan ke-tidak gampang-an walaupun nggak ada yang nyuruh gue buat bikin artikel sepanjang ini, tapi ini adalah bentuk kepedulian gue, kesadaran gue bagi Indonesia dan dunia. Yang mikir gue kurang kerjaan nulis sepanjang ini, terlalu ngayal nulisnya, kan cukup dengan menjadi mahasiswa rajin belajar di bangku kuliah dan menjadi mahasiswa normal nggak gay dan toh juga nggak ada yang nyuruh bikin ginian, gue bilang makasih.

Udah gitu aja, semoga bermanfaat. Thank you. 

Komentar

  1. Sebelumnya maaf.
    Saya kurang suka dgn penutup dr karya tulis diatas.Kosakata penutupnya terlalu simpel dan terkesan kurang eksplor kalimatnya. Tapi, pemilihan judul dan pembahasannya terkesan menarik dan bersahabat.
    Lanjut terus dehh karyanya, salut buat penulisnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih sekali kunjungan dan sarannya. Insya Allah akan diperbaiki di post selanjutnya. Jangan lupa follow blognya ya mas. terima kasih

      Hapus
  2. Good banget artikel ini ya kak. Semoga LGBT nggak merusak moral bangsa Indonesia dan dijauhkan dari kehidupan bangsa Indonesia. Lanjut terus karyanya ya kak. F.I.G.H.T.I.N.G

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih suportnya. Amin, semoga semakin berfaedahlah pembahasannya hehe. Mohon subscribe lewat email ya mas, supaya bisa berlangganan. terima kasih

      Hapus
  3. Artikel yang bermanfaat .pengetahuan tentg LGBT jdi bertambah. Sapa tau bisa diaplikasikan lgsg jika bertemu dg pelaku nya:))

    BalasHapus
  4. Alhamdhulilah. Terima kasih kunjungannya, mohon untuk di follow ya blognya dan di subscribe lewat email agar bisa berlangganan artikel terbarunya. terima kasih.

    BalasHapus
  5. Dalam pandangan saya sebenernya sih bisa Indonesia membuat hukum beberapa pasal tentang lgbt, karena klo kembali lagi di dalam sila pancasila sila pertama "ketuhanan yang maha esa" bisa dimaknai Indonesia adalah negara yang menjunjung tinggi agama entah agama apapu dgn catatan yg diakui oleh negera sementara masih ada enam(6) kepercayaan diindonesia dan yg saya ketahui tidak ada satu pun kepercayaan yg memperbolehkan lgbt, akan tetapi disini bisa disayangkan dalam pelaksanaan Indonesia masih setengah-setengah dalam pelaksanaan nilai pancasila karna stakeholder (pemangku kekuasaan) atau ulil amrinya masih acuh dengan nilai-nilai pancasila itu sendiri yg katanya menjadi sumber dari segala hukum. Dan mungkin bisa dibilang ulil amri kita agaknya acuh dalam membuat keputusan yang tidak berpengaruh pada dirinya sendiri seperti lgbt karna kebanyakan rakyat atau pemimpin di Indonesia masih memiliki paham yg terlalu liberal seperti amerika, padahal dalam kenyataannya Indonesia adalah negara yg unik dengan ideologi yg tidak terlalu liberal ataupun sosialis yaitu pancasila. Intinya kalau para pemimpin dan segenap rakyat dengan sungguh-sungguh memaknai sila ke-1 pancasila, lgbt ini dipandang bukan sebagai hak seseorang akan tetapi menjadi masalah yg harus dibuat suatu hukum yg mengaturnya

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menderita Leptospirosis?

Faedah Quarantine Day.

Surga itu Dekat, Bahagia itu Sederhana