SEMUA ORANG BISA


“Gimana sih caranya Nulis?… Gimana sih caranya produktif?… Dapet dari mana sih refrencynya?... dan lain lain”.

Terima kasih ya Allah karena telah memberi daya dan kesempatan. Hanya Engkau yang paham betapa berharganya pembaca untuk hamba. Dan jadikan sisa umur hamba menjadi usia yang barokah yaitu bermanfaat untuk orang lain.

“Jangan menjadi sia-sia terlahir di dunia”

Quotes itu aku dapet saat aku bener-bener ada titik putus asa. Saat dimana aku pasrah dengan Allah saat diterima atau tidaknya di perguruan tinggi negeri. Saat ada pada ketidakberdayaan itu manusia akan membuat sebuah strategi, begitu pula aku. Membuat strategi berdo’a agar insya Allah 99% Allah bakal kabulin permintaan itu.

Percaya dengan kekuatan do’a. Sebab Allah sendiri yang jamin bahwa do’a setiap hambanya pasti dikabulkan.
Benerin Niatnya! Sering banyaknya salah dalam berharap dan berdo’anya aku adalah terlalu muluknya keinginan dan ego diri tinggi. Udahlah, mau apa kita? Minta apa sih kita? Mau jadi apa? Allah mah gampang, Kun doang jadi. Nih, do’anya sama ini nih “Ya Allah… jadi apapun hamba (atau dikasih apapun ke hamba), pokoknya hamba bisa bermanfaat bagi orang lain”.
Cari ridho orang tua! Mbok mau jadi Presiden, bermanfaat kan buat orang banyak? Tapi kalo your Mama nggak setuju, insya Allah nggak bakal bisa jadi Presiden. Artinya mau sebaik dan sesuci apapun niat kita kalo Orang tua nggak setuju pasti ridho Allah ndak bakal turun juga. Jadi kalo mau dapet Ridho Allah, dikabulin sama Allah, cari dulu ridho Orang tua terutama Ibu. Cari ridho orang tuanya gimana? Pelan-pelan, sabar, telaten, jelasin, dan paparin apa yang belum diketahui oleh mereka, terbuka, sharing plus minusnya, insya Allah Jossz! Orang tua bakal ngerti dan paham apa yang kita inginkan dan harapkan asalkan niatnya dah bener.
Rahasiakan dari orang lain. Nggak ada gunanya cerita pengen jadi Polisi, cerita lagi daftar akmil, ngeluh susah jadi perawat, nggak ada yang peduli! Yang ada banyak orang yang bakal iri terus balik do’ain yang aneh-aneh. Bukan masalah apasih, lebih ke.. em, yang gantle gitu loh. Nggak usah banyak cakap langsung action. Tau-tau.. “Loh Mas, udah keterima di akpol? Eh, pinter ya sekarang jadi Perawat.” Gimana? Kerenkan?. Dengan begitu orang kerasa kek kesaing, dan mereka bangkit terus cari jalan biar nggak kalah, nggak ketinggalan. Bagus dong, berarti kita bisa bantu mereka buat produktif secara nggak langsung, bener nggak?

Stop. Udah itu aja tipsnya. Kita balik ke topic.

Allah bakal mengganti sesuatu yang lebih baik. 

Sebelum kenal dengan dunia menulis, aku adalah seorang penari tradisional. Dunia indah yang sempat mengantarkanku untuk hampir keliling Indonesia gratis. Semua yang dilakukan dari hati akan sampai ke hati. Aku mencintai tari dari masih Tk kakyaknya, hehe dan baru mau memperdalamnya kelas 3 SD. Keterusan sampai SMA, entahlah berapa tahun. Yang pasti aku dah Cinta dan Sayang. 

Namun semua berubah saat aku mulai berkenalan dengan hijab. Ets, tapi maaf sebelumnya. Jangan terlalu diambil hati, sebab setiap orang bebas menentukan pendapatnya sendiri. Kemudian entahlah, aku merasa aku punya pilihan antara melanjutkan tari tapi lepas pakai jilbab atau meninggalkan tari dan menggali potensi diri yang baru lagi.

Jika boleh jujur… Aku pernah mengalami konflik batin dengan diri sendiri. Bahkan pernah sempat berdebat dengan Allah saat berdo’a. Siapa sih yang mau terlahir dengan bakat menari? Aku nggak minta. Tapi sudah terlanjur masuk, sudah kadung cinta, sayang. Susah untuk mencari yang baru. Sangat susah. Dengan banyak kenikmatan yang sudah ia berikan seperti Medan, Jakarta, Riau, Aceh, Bali, Sumatra Utara, Sumatra Barat, teman, sahabat dan lain-lainnya.
Hingga akhirnya aku mencurahkan semua dalam bentuk tulisan. Yang ets! Lihat! Seberapa cepatnya allah mengabulkan do’aku. Saat itu aku mulai menuliskan semua isi hati, rasa kecewa, rasa sedih untuk mulai belajar ikhlas. Menikmati setiap kata yang aku utarakan, kemudian merasa lega saat tulisan tersebut menjadi lembaran-lembaran kertas. 

Entahlah hal ini membuat ketagihan. So.. apa salahnya kalau dilanjutkan? Dengan hijab aku merasa aku punya keterbatasan dalam bergerak di dunia tari. Terbatas tentang apapun yang nggak bisa aku jelasakan dengan kata-kata. Namun ternyata benar bahwa Allah tidak akan menciptakan manusia dengan hanya satu potensi. 

Faktanya… Banyak Dokter spesialis yang S3 nya mereka mengambil jurusan geologi. Banyak Guru yang mengambil S3 jurusan akupuntur misal. Atau nggak usah jauh-jauh deh anak SMA kelas IPA ternyata ngambil jurusan psikologi. Yang tadinya selalu menang olimpiade sainstis eh ternyata waktu kuliah ambil jurusan ekonomi. Banyakan? Nggak ada yang perlu disayangkan, semua sudah garisnya. Waktu untuk ilmu itu nggak ada yang sia-sia. 

Nggak ada basic nulis. Semua aku lakukan secara otodidak. Yang aku tahu hanya apapun yang dilakukan dari hati akan sampai ke hati. Sampai akhirnya aku mengerti bahwa menulis bukan tentang hanya menulis sebuah cerita bagus. Ada ratusan bahkan ribuan cerita yang ditulis dengan sangat apik dan bagus. Namun mungkin kita hanya bisa menemukan beberapa cerita yang bisa memotivasi kita, membuat bangkit diri kita, merasa senasib dengan ceritanya, menemukan gairah untuk bangkit dan tegak kembali. 

Bagiku, bangkit dari jatuh cinta dengan tari bukanlah hal yang gampang. Harus aku bangun kembali mulai dari nol. Sehingga pembaca adalah sebuah support yang nilai berharganya amat sangat mendalam. Kemudian memberi feel dalam sebuah cerita disetiap tulisan itu bagiku adalah wajib. Harus ada feel, nilai dan sesuatu yang bisa didapatkan oleh pembaca saat membacanya. Buatku feel dalam sebuah tulisan adalah harga yang sebanding dengan waktu yang diberikan oleh pembaca.

    Dan ya… hanya itu yang aku tau. Aku bukan lahir dari kalangan penulis. Aku terlahir dari kalangan keluarga dengan basic seni. Menari, menyanyi, melukis dan mungkin olahraga. Jadi aku hanya bisa mengandalkankan hatiku disetiap tulisan yang aku tulis. Ini bukan akhir agar aku bisa melakukan sesuatu. Justru ini adalah kesempatan agar aku mengenal siapa diriku.

Hidup ini bukan tentang satu jalan. Hidup adalah sebuah kreatifitas. Cari jalan lagi, lagi dan lagi apabila kau temui jalan buntu. Buat sebuah pilihan bila ingin berubah. Jangan lakukan hal yang itu itu saja. Sudah bukan saatnya terus ada berada di depan camera, memasang ekspresi manis. Sudah bukan saatnya hanya tidur, bukan saatnya menunggu, bukan saatnya hanya memikirkan ootd. Sudah saatnya melukan sesuatu. Beranjaklah dari zona nyaman. 

Tak peduli jika hanya satu orang pembaca. Aku hanya melakukan hal kecil. Setidaknya bukan untuk dunia, namun orang-orang terdekat. Tak peduli berapa banyak waktu yang telah aku habiskan untuk menulis bahkan jika hanya untuk satu orang pembaca. Setidaknya Tuhan telah mengabulkan do’aku, setidaknya ini berguna untuk orang lain. Semoga dengan tulisan ini mereka merasa hidup kembali. Bangkit dan tegak lagi.


Jika kamu masih bertanya bagaimana caraku menulis? Akan aku jawab sekali lagi.

Tak perlu menjadi penulis. Lakukan semua yang kamu sukai dengan hati, insya Allah pesanmu dari hati akan sampai ke hati mereka pula.

Semua bisa! Semua orang bisa! Dia bisa, so why not with you. Just give your self sebuah kesempatan untuk melakukannya, beri dia kepercayaan dan lakukan!

Jangan lupa! Allah dulu, Allah lagi dan Allah terus.
Good luck.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menderita Leptospirosis?

Faedah Quarantine Day.

Surga itu Dekat, Bahagia itu Sederhana