Sosial Media Society

Era Millenial kayak sekarang ini menurut aku semakin kece banget. Pemuda pemudinya juga makin kreatif dan inovatif. Setiap personnya selalu punya ciri khas masing maing dalam setiap karya yang mereka ciptakan. Dan selalu pinter untuk buat kaumnya kagum dan bahkan demen sampek ketagihan menatengin life style atau daily life mereka. 

Yang akan aku bahas disini adalah muda mudi yang cenderung menjadi konsumen. Apalagi sebagai konsumen media sosial. Ya actually semua orang adalah konsumen media sosial sih, cuman maksud ku disini adalah yang bener bener jadi budak social media. 

Sosial media diciptakan adalah untuk berbagi segala momentum yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari agar dapat dijagkau semua orang sehingga tidak lagi ada batas jarak dan waktu.

Alahkah senengnya kalo memang media sosial ini difungsikan sebagaimana mestinya. Kita bisa jadi tahu gimana keadaan dunia belahan timur dan sebaliknya hanya dengan satu sentuhan.

But in te reallitynya...
Sosial media menjadi ajang unjuk diri. Gak usah jauh jauh lah, contohnya aja aku. Manusiawi banget sebagai aktualisasi diri. Tapi sometimes kewajaran itu bisa malah jadi nggak wajar atau upnormal ketika jadi candu.

Berbagi momentum tentang kehidupan sehari hari, ada yang bakat menyalurkan tawa bahagia, ada juga yang malah terkesan jadi annoying. Semuapun yang dipublikasikan adalah semua yang sudah di filter abis 100%. Jadi nggak usah iri atau bilang "ijo banget ya Allah rumput tetangga itu" karna kita gak pernah tau kalo ternyata rumput mereka adalah rumput sintesis.

Udahlah yuks, muda mudi Pertiwi.
Dunia bahkan Tuhan pun tau kok kalo kamu cantik, ganteng dan menarik. Tapi nggak capek apa, nggak bosen, kalo masa muda kita abis di dalem sosial media? Jangan cuman ahli selfie terus upload. Jangan cuman ahli touring,hang out, jepret, posting. Terlebih lagi yang nggak do anything tapi doyan stalker kehidupan orang lain.

Aku sendiri pernah banget ngerasain candu instagraman, youtube hingga chat sama temen. Hingga nggak tau kenapa aku merasa menjadi budak sosmed banget. Kemudian aku mutusin untuk bener-bener off dari semua social media aku selama satu minggu. Dan ya aku habisin waktu dengan nonton film, baca buku, nulis, belajar masak, dan menurut aku memang hal itu sepele dan tidak lebih asik dari scroll timeline. Tapi ternyata seminggu tanpa social media itu bener bener adalah hikmah bahwa ada banyak sekali hal yang lebih perlu untuk di kerjakan dari pada mantengin timeline, upload foto, stalker orang.

Dan nyatanya bisa kok sebenernya hidup tanpa media sosial. I mean untuk menyadarkan dari candu kita.


Masa muda itu sangat amat berharga guys. Kalian bisa lakukan seeemua yang kalian mau sekarang. Kalian bebas berekpresi, bebas berkarya, bebas berinfestasi, bebas menyuarakan pendapat asal masih beradab dan beretika.

Cuman sekarang inilah kita bisa leluasa berkarya untuk infestasi masa tua kita. Kenali dirimu, cari tau dimana hati kamu bisa menari, dalami passion itu, jadikan ia patner karyamu, jadikan karyamu sebagai infestasi masa tuamu. Dan keren kok. Posting di sosial media tentang semangat kamu, keseharian kamu, bukan untuk pamer tapi untuk menerbar positif vibes agar orang2 juga ngikutin jejakmu.

Selalu ada alasan seseorang itu bangkit. Selalu ada sosok yang memotivasi dan menginspirasi di balik suksesnya seseorang. You cann't give the bigest things. But you can give your smile to everybody. Dan mungkin bangkitmu bisa jadi salah satu motivasi untuk mereka.


Yuks productive. Yuks move. Yuks ACTION!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menderita Leptospirosis?

Surga itu Dekat, Bahagia itu Sederhana

Faedah Quarantine Day.