Jagung Manis Balai Kota


"Aku suka uang". Sambil tersenyum dan mengangkat kedua alisnya. "Definisi sukses itu apa sih menurutmu?", tanyaku dengan tenang. Tak perlu kamu tau bagaimana kagetnya diriku mendengar kata-katamu. "Sukses itu adalah saat kita bisa mapan dan mendapatkan semua apa yang kita mau. Kamu tau jam tangan yang di pakek sama artis X? Gila itu mahal banget. Maksud aku nggak semua orang bisa beli itu, tapi yang pasti beli itu pasti dia orang yang sukses", kemudian menyeruput segelas lemon teanya.

Aku hanya diam dan memahatnya betul betul dengan tatapan tajam. Aku tak menyangka saja atau mungkin aku yang terlalu berlebihan mengenai perbedaan prinsip ini. "Menurut kamu?", untal kembali pertanyaan itu kepadaku darimu. Aku hanya membalasnya dengan senyuman dan menggangguk angguk. "Hey.. haha kok senyum doang?", tanyamu kembali. "Gapapa, bagus banget jawaban kamu", ucapku berbohong. "Hehe, biasa aja kali. Nggak usah terpukau gitu haha", kembali candamu kau lontarkan dan aku ikut tersenyum menutupi rasa kecewaku.  "Ya udah yuk, kita jalan jalan dulu. Keburu malem", ajakmu meninggalkan restoran itu. "Jalan-jalan? Kemana?", tanyaku timbali. "Udah. Ada pokoknya. Ayo!", sambil menarik tangan kananku. Ku ikuti maumu malam ini. Ku ingin tau sejauh apa aku dapat mengenal sosokmu. 

Ternyata kamu punya sisi dimana aku tak bisa menebaknya sama sekali. Sisi yang membuatku senang sekaligus membuatku kecewa. Mungkin bukan kecewa hanya cara berpikir yang tak sama. Seperti malam ini, setelah kata-katamu tadi, justru kau mengajakku ke sudut kota yang paling aku sukai. Biasanya hal ini aku lakukan sendiri saat lelah, mengelilingi kota tua yang indah. Rasanya kau tau betul bagaimana membuatku tersenyum dengan hal hal sederhana. 

"Vit, lihat deh lampu lampunya!", kemudian menurunkan kecepatan laju motormu. Aku hanya membalas dengan mendekatkan tubuhku ke arah punggungmu dan melihat lampu lampu kota tua malam hari yang kamu maksud. "Tenang ya lihatnya." Seketika entah mengapa aku senang bertubi-tubi mendengar kalimatmu barusan. Kemudian segera ku menambahkan penyataanmu, "Kamu sendiri yang udah nemuin jawabannya lo Zah, bahwa tenang itu bukan karna materi. Tapi dengan hal hal simple seperti ini". Ungkapku sederhana. "Vit....", tiba-tiba kau berhenti di pinggir jalan dan melihat ke arahku. Sejenak memandangiku seperti aku bersalah. "Ya? Ada apa?", aku sedikit kebingungan. Tiba-tiba kau tersenyum dan "Nggak papa, beli jagung manis yuks", kemudian kembali ke lintasan raya. 

"Kamu pinter juga milih tempat makan jagung,haha", ucapmu sambil menyusuri taman kota. Kemudian kita duduk di kursi taman persis menghadap gedung balai kota. Benar benar indah kota ini.

"Kamu tau nggak sih Zah, aku pernah kecewa ketika ada orang yang menilai seseorang dari materi. Aku pernah di pandang sebelah mata hanya karna aku seorang perawat. Aku pikir apa salahnya menjadi perawat? Perawat juga sekolah, sekolahnya lama, sekolahnya susah dan butuh biaya banyak. Masuk jadi perawat itu ada tesnya, tes postur tubuh, psiko, akademik, kesehatan, belum lagi seleksi alamnya. Aku belajar banyak dari pasienku. Mereka ngebuktiin bahwa untuk bahagia mereka nggak sekedar butuh uang banyak, bahagia mereka itu ketika mereka bisa sehat dan tersenyum. Udah itu aja nggak lebih. Banyak pasienku punya materi yang lebih-lebih tapi nyatanya mereka tetep nangis kesakitan nahan nyeri mereka, atau mereka yang panik hanya karna merasa sesak nafas. Emang bener kata orang, saat ada 100 orang menolak kehadiranmu maka akan ada 10.000 orang yang akan menyambut dan menghargai sosokmu, pasti!". Ujarku nyeletuk padanya. Kau mendengarkan tiap kata yang ku ucapkan. Matamu tajam memperhatikan. Lakumu membuatku merasa didengarkan. 

"Definisi sukses buat kamu apa?", tanyamu kembali padaku. "Sukses adalah ketika kita bisa membuat orang lain bahagia", ucapku di mulut, "Seperti kamu yang membuat aku bahagia dan lupa tentang rasa sakitku", ucapku di hati.



Tentang sebuah pertemuan. Kau harus tau bahwa sebuah pertemuan adalah perpisahan di kemudian hari. Jadi jangan berharap banyak darinya kecuali mengambil setiap pelajaran didalamnya. Ini aku dan kisah pertemuanku. 
-Sevita Fasha

Komentar

  1. Balasan
    1. Hayoloh hati hati jaga hati. Semoga pesan sesungguhnya sampai ke pembaca :)) enjoy it!

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menderita Leptospirosis?

Faedah Quarantine Day.

Surga itu Dekat, Bahagia itu Sederhana