Sesuai Pesanan ya!




"Tarik napas panjang.... tahan... buang lewat mulut. Yak, bener kayak gitu. Lagi! Terus! Sampek kedengaran dong nafasnya, ayo!", pandumu sabar. Aku mengikuti setiap arahanmu. "Duduk dulu sini", sambil menepikan arah langkah kita. "Kamu tunggu sini bentar, nih minumnya", sambil menyodorkan sebotol air minummu padaku. Aku tak peduli seberapa lelahmu melatihku siang itu. Yang ku tau aku lelah. 

"Eh...", ucapku dalam hati. Kamu benar benar membuatku tertegun. Ada apa denganmu? Tiba tiba kau kembali sambil mengeringkan keringat di dahiku dengan tisumu. Oh aku tahu, mungkin barusan kamu pamit mengambilnya dari tasmu. 

"Eh... maaf, sini aku lap sendiri. Makasih", aku tak menampik, aku salah tingkah. Mungkin kamu tau gerak gerik ketidaknyamananku, kamu sodorkan tisu tersebut dengan mudah kepadaku. Tatapanmu masih tertinggal pada wajahku. "Apaan sih!", sahutku menolak tatapanmu. "Kan enak gitu dilihatnya, nggak banyak keringat haha", bercandamu menutupi salah tingkahmu pula, kamu tidak bisa membohongiku. 

"Kalau lari itu capek buat kamu, jangan fokus di kaki. Fokus aja gerakin tangan kamu. Ayunan kaki sama tangan pasti kontras. Jadi semakin ceoet kamu ayunin tangan kamu, semakin cepet juga langkah kamu", kamu bersuara, tapi aku tak perhatikan. Ada susatu yang mengusik pikiranku.

"Kenapa sih aku sekeras ini? Kenapa rasanya aku harus mati-matian berhasil di sini. Sebenernya apa gitu lo yang aku cari", ucapku menggerutu pada diriku sendiri. Kamu tersenyum mendengarnya. 

"Vit, kamu salah terminal. Maskapaimu nggak disini. Nama pemesanan tiket atas kamu nggak ada disini. Coba deh cek lagi datebasemu! Maskapai dan terminalmu sesuai pesanan. Kalo kamu tetep ngeyel nunggu maskapai kamu datang di terminal ini, kamu nggak akan pernah sampai ke tujuan kamu", ujarmu memprosa pesan. 

Paham tak paham, sedikitnya aku mencoba. Tunggu... aku tak pernah memesan do'a kepada Tuhan untuk menjadi seorang Polwan. Yang aku ingat pesananku adalah "Menjadi apapun aku nantinya, semoga aku bisa bermanfaat bagi orang banyak". GREAT! 

"Kalaupun kamu keras disini, setidaknya saat kamu kalah bukan karna kamu tidak melakukan apapun bahkan hanya karna tidak mencobanya. Tapi kamu akan kalah dengan hati yang lega karna kamu sudah melakukan yang terbaik". Tambahmu lagi. Benar. Kamu benar. Setidaknya jika aku kalah nanti, bukan karna aku pecundang. Aku perlu tau sejauh apa aku bisa melewati ini. 

Aku kemudian tersenyum lebar memperhatikan aura bijakmu. Baru ini aku jumpai sosok sepertimu. "Capek? Ice cream mau?", ajakmu membalas pandanganku. Dengan senang hati aku menggangguk cepat. 

Tak hanya soal menghibur, kamu juga pandai menenangkanku. Aku tak mau berlebihan atas kebaikanmu, mungkin Tuhan sedang ingin aku belajar sesuatu darimu tak lebih. 


Lebih baik kujatuhkan lebih dulu hatiku daripada harus memukul mundur nyamanku padamu esok hari.
Tentangku dan sebuah maskapaiku darimu.
- Sevita Fasha

Komentar

  1. Tegakkan kepalamu karena apa yang akan kamu jalani ada didepanmu bukan di tempat asalmu. Wkwk

    BalasHapus
  2. yampunnnnnnnnnnn bener ugha:'

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menderita Leptospirosis?

Faedah Quarantine Day.

Surga itu Dekat, Bahagia itu Sederhana