Sejawat Transit

"LO GILA YAA?", "Ssssst!", sahutku sambil menahan nadamu yang tiba-tiba meninggi. "Lo mau ninggalin kuliah cuman karna biar cepet mapan?", sahutmu lagi tanpa peduli dunia sekitar. "Sst sst", aku masih berusaha menenangkanmu. "Tenang dulu dong, kan aku bilang ini rahasia. Percuma dong, pliss!", ucapku sedikit tinggi dengan kode mata melotot padamu. Kamu menarik napas dalam dalam. "Tenang okey..", tambahku lagi. 

"Okey. Hm...(mengehela nafas). Kamu tau... mapan itu bukan di dapat dengan cara yang instan. Mapan itu nggak bisa ujuk ujuk langsung didapatkan. Semua itu butuh proses, butuh perjuangan dan waktu. Oke, definisi mapan menurut kamu apa?", tanyamu dengan tenang. "Mapan? ... Em, ketika aku udah bisa mandiri, ngebantu orang tua dengan keringat sendiri dan berhenti minta orang tua. Ain.. plis it's not about it. I just wanna help my little family. Aku pengen sedikit bantu orang tuaku untuk keluar dari zona ini. Itu aja.", usahaku menjelaskan menekan. "Dengan kamu menggadaikan semua mimpi kamu? Duniamu? Passionmu?", leparmu dengan pernyataan yang sangat dalam. Seketika aku hanya memandangimu dalam dalam. 

"Jadi Polwan itu nggak semudah membalikkan tangan. Jadi Perawat itu juga nggak sesusah yang kamu pikirkan. Kamu ingat nggak perjuangan kita buat dapet beasiswa berprestasi full funded? Panas panas, mondar mandir sana sini. Inget nggak kamu selalu jadi mahasiswa IP tertinggi? Inget nggak kamu yang selalu dipercaya bapak ibu dosen buat penelitian? Kamu bisa capai semua itu ketika masih maba loh. Nggak semua orang bisa gitu Vit!", dan aku kini berusaha menahan lajunya air mata. 

"Seharusnya bukan karna sekolah Perawat itu lama ngebuat kamu mundur sia-sia kayak gini. Ini sudah separuh jalan. Apa yang bisa jamin kalo jadi Polwan itu nggak bakal bosen? Yang ngerubah hari-hari bukan sekedar rutinitas adalah dirimu sendiri bukan profesimu", kini sambil memegang bahuku, tubuhmu lebih kau condongkan ke arah wajahku saat aku menunduk tak kuasa mendengar ucapanmu. 

"Kalau kamu telaten dan sabar sedikiiit lagi, kamu bisa kok jadi orang yang mapan. Lebih mapan mungkin dari seorang Polwan atau siapapun itu yang berpenghasilan besar. Kamu bisa bantu keluarga kamu". Sambil berusaha memandang matamu. "Asal kamu lebih dulu bahagia dengan profesimu. Jalani sesuatu sesuai passionmu! Jangan mudah goyah, tergiur sama materi, pencapaian apalagi kesuksesan orang lain.", pernyataanmu padaku terakhir. Kini kau lempar aku dengan senyuman indah. 

Aku tak tau ternyata kamu setukus ini berteman denganku. Lakumu membuatku sadar bahwa masih ada orang yang akan selalu menyayangiku dengan tulus. Kemudian kau memelukku secara tiba tiba. 

"Aku cuman nggak mau kehilangan kamu, temanku", ucapmu sambil berderai air mata. 

Tentang sahabat. Ternyata kamu yang benar benar tulus akan ada disini bukan untuk menahanku menjadi siapa, tapi kamu akan mendukungku untuk menjadi siapa diriku sesungguhnya. Terima kasih telah menahanku disini, untuk tetap berkarya dengan hati dan minatku agar mudah jalanku menjadi besar dengan bahagia. 

Transit. 
Sebelum melangkah dan meninggalkan akan ada jeda waktu dimana kita akan berpikir kembali tentang langkah tersebut. Sebut saja Transit. 
-Sevita Fasha

Specially present to Ainul Yatim. 
Sejawat Transitku.
27.05.2019

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menderita Leptospirosis?

Faedah Quarantine Day.

Surga itu Dekat, Bahagia itu Sederhana