Ku kira Kau Rumah

Kali ini aku akan bercerita tentang ruang indah yang telah aku kosongkan.
Dia adalah ruang yang sangat amat sempurna.
Indahnya bukan karna ia sempurna, melainkan karna sederhana.
Warnanya putih tak menghitam, suci tak bernoda, sayang harum tak semerbak.

Dia adalah ruang dimana aku mengenal sosoknya yang sederhana.
Ruang tuk mendengarkan lantunan indah sholawat dari merdu suaranya.
Ruang tuk bersama menghadap sang Illah baik saat terbit hingga hilangnya fajar.
Ruang tuk mengukir cita dan harapan dimasa depan.

Saat pagi, ruang ini cerah dengan ucapan "semangat".
Di siang hari, ruang ini sunyi sebab sang penghuni sama sama bermimpi.
Dan malam hari, ruang ini hangat dengan suaramu dari sebrang untuk berbagi kisah tadi siang.

Ruang ini sangat amat pekat dengan senyum manismu.
Cara bicaramu, canggung berjalanmu, payah nyalimu, dan bodoh sikapmu yang sering memancing emosiku.
Ruang ini syahdu dengan lambaian tanganmu saat perpisahan itu.
Lambaian untuk menyapa jarak yang akan dilalui bersama.

Hari itu, aku tau bahwa aku tak sendiri tuk menghadapi kisah hebatku.
Sejak itu... baik aku atau kamu,
rajin berbagi kisah hebat lewat pesan suara seraya menepis jarak kita.
Ditemani bintang dan bulan yang dapat kita lihat bersamaan.

Ruang ini saling menguatkan aku dan kamu.
Ya... kita tidak sendiri.
Mengarungi ratusan hari di depan nanti.
Ruang ini menjadi kebanggan tersendiri bagiku.
Bangga punya kamu. Bangga menjadi aku yang punya kamu.

Saat aku atau kamu...
jatuh, sedih, senang, sendiri, miskin, kaya, luang dan sempit, kita sama sama tau betul rasanya.
Berjuang dengan asa, mengukir cita dan masa depan.
Memang bukanlah hal yang mudah, tapi kita bersama.

Aku pernah bermimpi di ruang ini.
Kelak ku tua nanti, akan ku ceritakan cerita hebat ini kepada anakmu.
Bagaimana nikmatnya mengarungi masa muda yang hebat meski berjarak.
Menceritakan tentang kokohnya sebuah kepercayaan.

Atas nama Tuhan.
Kita berjuang, melewati malam dengan sholat, membanjiri sujud dengan air mata kerinduan, mengeluh karna kesempitan, bersyukur dengan kemudahan, bersholawat dengan kesyahduan, menundukkan pandangan untuk kebaikan, dan melafalkan nama masing-masing saat do'a sebagai penjaga dari kejauhan.

Ya...
Sudah ku bilang... Ruang ini indah. Dan sempurna.

Tapi...
Aku lebih memilih untuk mengosongkannya. Bagiku ini terbaik, meski tidak bagimu.
Bukan karna aku tidak menyayangi mu lagi.

Aku hanya sedang bertahan menyayangi sosok yang aku kenal.
Dan sekarang aku tidak mengenalmu.
Aku dan ruangan ini akan selalu sama.
Menyayangi kamu yang dulu.
sebagai teman
karna itu lebih indah

Lantas bila kamu kembali dan berkata,
"Aku masih sama seperti yang dulu"
Aku tetap akan ada diruang ini, sendiri. Karna itu lebih baik.


Melepasmu bukan menjadikanku lemah. Bahkan tulisan ini.

Atau jika aku yang mengganggumu dengan ini,
Mengertilah... aku tak sedang menahanmu.
Aku tak sedang mengganggumu.
Aku hanya sedang menegaskan bahwa aku tetap sama meski tanpa dirimu.

Selepasmu, aku tak lemah.
Justru ruang ini menjadikan ku alasan untuk berjalan.
Bertahan dengan mimpi, cita, asa dan harapan.
Kuat menempuh ratusan hari didepan sana dengan sendiri.

Ya, aku bisa. Karna aku pernah melewati masa sendiri, tanpamu. Dan aku bisa.

Aku bersyukur mengenalmu.
Kau kenalkan aku dengan indahnya lantunan sholawat Rasul.
Mengajariku untuk menghargai waktu sholatku.
Menyadarkan untuk malu terhadap pujian orang lain kepada diriku.

dan malu untuk berlagak baik di publik tapi tak berisi.

Selepasmu, ada harapan baru.
Untuk membuka ruang ini bagi sosok yang lebih baik.
Jika aku pernah mendapatkan mu yang merdu saat bersholawat, taat dalam solat, seorang yang pintar dalam berbicara agama, seorang yang mapan dimasa depan, berparas indah, semampai dalam perawakan, dan segala yang baik tentang mu, ...
Maka aku yakin, akan ada yang datang jauh lebih baik darimu.
Sebab itu janji Tuhanku.

"Allah akan mengganti sesuatu yang lebih baik dari itu".

Terima kasih.
Karna telah datang di ruang ini.
Mendekor dengan amat sangat apik.
Selamat berjumpa di lain hari.
Kau kan tetap menjadi orang yang hebat dimataku.

Selamat berjuang dengan hari-hari hebatmu.
Meski kebiasaan bersama itu tidak lagi, aku yakin kau tak sendiri.
Jika esok kita berjumpa lagi, maka biar Tuhan yang menakdirkan itu.
Entah sebatas menyapa, menjadi teman, atau lebih dari itu.
Yang penting bukan sebagai musuh.

Pesan ku hanyalah,
"Jangan terlambat menyadari seseorang yang berdiri di belakangmu. Paling tidak hargai seperti kau ingin dihargai".

Ini cerita ku dan ruang putihku.
Selesai.


Nb : Ruang putih adalah semua tentang sisi kebaikan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menderita Leptospirosis?

Faedah Quarantine Day.

Surga itu Dekat, Bahagia itu Sederhana